Saturday, December 12, 2009

-MIMPI NGERI TERINDAH-

-MIMPI NGERI TERINDAH-

“Sumpah! Dalam mimpi itu aku bersumpah yang aku bermimpi didalam mimpi itu aku bersumpah yang aku bermimpi didalam mimpi itu aku bersumpah yang aku bermimpi tentang kamu…”

Terkebelakangan ini aku sering dipenatkan dengan mimpi-mimpi. Sehinggakan bertemu kamu, satu watak yang telah lama aku tidak luangkan masa untuk fikirkan. Banyak yang telah berlaku dan banyak lagi yang akan berlaku. Aku, sering saja terperangkap dalam keakuan, betapa kuat keakuan itu sekalipun kalis penafian, tetap mudah dipatahkan. Jadinya keakuan yang sekali gus menjadi pucuk waham tidak lah sekuat mana kesannya berbanding kedegilan cerucuk egoistik.

Kamu, yang menjarah tanpa bayang, meninggalkan rintisan-rintisan lorong yang sunyi setelah limpasan, terus merosakkan warisan-warisan lukisan tabah yang sepatutnya kental dibaja peristiwa golekan roda karma. Memperlekehkan nilai halus didalam urus seharian yang seharian gembira kamu menjadi sedatif dan upah segala rencana terlaksana. Berkira-kira letaknya titik pesongan yang pasti menjadi en route pilihan meloloskan dari dipertanggungjawapkan. Itu lah seharian kamu yang terkini, menjadi key player.

Dan mimpi, semacam pastinya itu satu alamat, terus di tafsir seperti yang termaktub mengikut apa yang mau menjadi kepercayaan di siang hari. Dan tafsiran-tafsiran itu jatuh berhelaian diatas bara yang menunggu umpan api, melenyapkan dan menelan segala gerak-geri terancang. Mimpi-mimpi yang tertagih, memaksa untuk dibuka kembali ‘perjanjian-perjanjian lama’ bagi mencari kekhilafan atau kealpaan nahu ketika sememangnya tiada lagi plot-plot satu drama lapuk. Mengais dicelah jejari sengatan saat, untuk satu ruang yang mungkin bakal menjadi the great leap. Namun mimpi-mimpi itu masih menguasai barisan-barisan nafas keluar masuk didalam satu jam yang tergenting.

Satu persatu kini aku tanggalkan hingga berbogel jujur tanpa pakaian. Sebutir delima didalam segelas air yang telus-pandang, itu lah aku yang sedang berdiri dihadapan kamu. Mungkin kah bahang ini dikedap jalinan benang halus yang utuh memegang memori kabur , hingga aku lemas didalam peluh lelah kehidupan? Dan betapa besar derai tawa kamu tika mimpi malam aku terus memberi ruang buat kamu untuk muncul menguasai.

Mau saja jemari aku menujah-nonjol butang off pada remote control, sekiranya mimpi itu datang lengkap bersamanya, agar aku bisa membasuh fatik bahang aspal desa yang masih enggan meninggalkan belulang.

Sayup-sayup laungan subuh sang muadzin, pasti, aku terjaga dek raungan ku sendiri dan pasti, itu kerna kedatangan mimpi ngeri terindah tentang kamu.

Aku keletihan, bersumpah dan berjanjilah dengan ku, kamu, bahwa tidak akan kembali lagi ke dalam mimpi rehat ku...

-catatan John si ‘orang gila’-
-0222 Ahi Dis 13, 2009, wilayah separa sedar-

No comments:

Post a Comment